Rahim yang Berbicara

Budaya patriarki yang masih dominan dianut di Indonesia menyebabkan segala lini baik dalam keseharian, pendidikan, kebudayaan, bahkan seni membuat perempuan (secara sengaja atau tidak) dianggap sebagai bagian dari pelengkap saja. Dengan demikian, okupasi ruang baik dalam keseharian maupun ruang publik kerap didominasi oleh laki-laki. Dominasi tersebut berimbas pula pada skena seni, salah satunya adalah skena seni rupa yang ada saat ini. Munculnya nama-nama perupa perempuan dalam skena seni rupa membuat berbagai perspektif muncul termasuk narasi perempuan yang setidaknya menjadi validasi bahwa narasi-narasi dalam seni rupa tidak hanya diproduksi oleh laki-laki. 

Dewi Candraningrum mulai terdengar sebagai aktivis, akademisi sekaligus perupa perempuan yang melahirkan karya-karya lukisan dengan tema yang cukup spesifik; pendokumentasian rahim. Dewi Candraningrum adalah pengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta, ia juga kerap kali bersolidaritas untuk gerakan perempuan, lingkungan dan kemanusiaan. Salah satu aktivismenya dapat dilihat pada Gerakan Kendeng melawan pabrik semen. Aktivisme dan latar belakang kultural tersebut cukup banyak mempengaruhi karya-karyanya. Dewi mulai menekuni dunia seni rupa melalui lukisan-lukisannya tentang perjuangan perempuan.

Read more

Menghadapi Perubahan Iklim

Bencana bertubi-tubi muncul sepanjang tahun 2021. Banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Indonesia, tepatnya Nusa Tenggara Timur yang telah menelan ratusan korban dan kerugian lebih dari Rp. 24.409.100.000. Di belahan bumi lainnya, bencana yang tak terduga terjadi. Hujan ekstrim dan badai telah menyebabkan banjir bandang di Jerman dan Belgia. Kemudian gelombang panas telah menghasilkan kebakaran hutan di Yunani, Amerika Serikat, Canada, dan Australia.

PLTU Batubara di Desa Celukan Bawang, Buleleng (Foto by Gusti Diah)

Read more